Mencegah Anak Terjangkit Virus Cabe-cabean dan Terong-terongan



Menjadi orangtua pada zaman globalisasi saat ini tidak mudah. Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekadar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan salih. Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah tidaklah cukup. Karena disekolah anak kita hanya sekedar belajar pengetahuan-pengatahuan umum. Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan di rumah juga tidak mungkin. Bisa-bisa, kehidupan sosial anak kita kedepannya terganggu. Dan parahnya, tidak bisa membaur di masyarakat. Kemudian, membiarkan mereka lepas bergaul di lingkungannya cukup berisiko. Salah pergaulan, anak kita bisa terkena virus yang sedang booming sekarang. Virus cabe-cabean atau terong-terongan. 
Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat ini sangat sulit mendidik anak. Bukan saja sikap anak-anak zaman sekarang yang lebih berani dan agak ‘sulit diatur’, tetapi juga tantangan arus globalisasi budaya, informasi, dan teknologi yang turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.
Ada lima hal yang perlu dilakukan orang tua dalam mendidik anak mereka. Hal ini sangat perlu dilakukan orang tua mengingat gempuran zaman yang semakin kuat menggoda anak untuk melakukan hal yang negatif.
Pertama, penanaman akidah atau keimanan. Penanaman akidah sangat penting dalam mendidik anak. Dengan keimanan yang ditanam pada diri anak diharapkan bisa menjadi kontrol sang anak saat beraktivitas di mana pun dan kapan pun dia berada. Sehingga, saat dia mengindera sesuatu yang baru dan tidak sesuai dengan pemahaman yang di dapatnya, maka otaknya akan mulai berpikir. Apakah hal ini benar atau salah. Apakah hal itu boleh dilakukan ataukah tidak. Dan dia pun tidak akan mudah percaya dengan mahluk-mahluk aneh yang sering muncul dalam cerita animasi.
Kedua, penjelasan mengenai hukum syara’. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa orang tua yang tidak memahami benar mengenai hal itu. Sehingga, para orang tua lebih percaya untuk menyerahkan anaknya ke sekolah-sekolah untuk mengurus dan memberikan pengetahuan anaknya mengenai hukum syariat. Padahal, sekolah hanya memberikan materi seperti ibadah-ibadah harian. Misalnya, cara shalat, wudhu, tayamum, puasa dan lain-lain. Sedangkan, permasalahan pergaulan dengan lawan jenis kurang diajarkan di sekolah. Jika disekolah tidak diajarkan dan dirumahpun tidak diberi penjelasan terkait hal itu, maka wajar, jika anak kita mulai mengikuti pergaulan bebas. Karena baginya hal itu sah-sah saja. Dengan pahamnya mereka dengan hukum syara’, mencegahnya meniru budaya asing yang masuk tanpa filter.
Ketiga, orang tua harus mampu menjadi panutan yang baik untuk sang anak. orangtua harus bisa memberikan teladan bagi sang anak dalam hal apapun. Orang tua pun diharapkan tidak memberikan contoh yang buruk bagi sang buah hati. Karena sebagian besar karakter yang dimiliki oleh anak, adalah hasil dari merekam, melihat, mengamati dan mencontoh tingkah polah orangtuanya. Dan kemudian disempurnakan dengan lingkungan sekitarnya. Karena itu, saat ingin mendidik anak kita menjadi anak baik dan taat, seharusnya kita sebagai orangtua harus mencontohkannya terlebih dahulu.
Keempat, didiklah anak sesuai dengan zaman mereka, bukan zaman kita. Maksudnya disini adalah kemampuan orangtua untuk selalu update mengenai fenomena ataupun peristiwa yang terjadi. Entah dalam informasi ataupun teknologi. Jadi, para orangtua dapat mengerti apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh anak dan apa yang tidak dibutuhkan.
Kemudian, hal yang terakhir yang perlu dilakukan dalam mendidik anak secara Islam, yakni pendidikan bagi ayah dan ibu. Pemerintah perlu menyediakan pendidikan non-formal bagi orang tua tentang cara mendidik anak. Terutama, pendidikan anak secara Islam.
Dengan begitu, terkontaminasinya anak kita dengan virus cabe-cabean atau pun terong-terongan dapat dihindari.


Komentar

Anonim mengatakan…
aku sih blum punya anak. tapi aku ga ngin anakq ntar jadi cabe-cabean.
Anonim mengatakan…
virus ini mah tersebar krena sistem. jadi, basminya juga pake sistem.

Postingan populer dari blog ini

Inilah Indonesia

Remaja itu, Bukan Kera Sakti

Menu Makan Siangku, Bukan Terserah