Kejutan Menyedihkan

Kejutan Menyedihkan Itu: Pembubaran HTI

*Aku bukan orang HTI, tetapi aku mengenal mereka dari hari ke hari. Jadi aku menulis ini...

Lihat berita hari ini? Itulah yang membuat aku 'bete' dari pagi. Telepon dari rekan media saat usai shubuh tadi, membuatku tertegun.

"Wid, kamu banyak kenal dengan orang-orang HTI. Mungkin kamu bisa menganalisa tentang Perppu Ormas. Muaranya itu bakal kemana..." suara itu lalu seakan menghilang.

"Ya, saya tahu" sahutku, sambil mematikan ponsel.

Aku lalu duduk di balai bambu, sambil menanti 'munculnya' Gunung Salak dari balik kabut. Tapi kabut begitu tebal. Ini jadi seperti pertanda buruk!

Agak siang, Bu Endang Sri dari Hizbuth Tahrir Indonesia (HTI) mengirimkan pesan via Whatsapp. Beliau meminta komentarku soal Perppu Ormas, sebagaimana mereka meminta pendapat juga pada para tokoh agama, masyarakat, pemuda, dan wanita.

Beliau sempat kirim gambar stiker sedih, aku mencoba menghibur. Mengajak tertawa, meski mungkin aku sudah punya feeling buruk sejak lama.

Dan selanjutnya, kami mendengar pengumuman resmi pencabutan badan hukum HTI. Ini artinya juga sama dengan pembubaran HTI. Ibarat pada tubuh manusia, HTI telah dipenggal kepalanya. Mati. Badannya mungkin, tetapi jiwa dan semangatnya... aku rasa tidak!

Usai penerbitan Perppu Ormas, akhirnya Hizbuth Tahrir Indonesia duluan ditumbangkan. Alangkah banyak kejutan dari rezim ini. Subhanallah!

Kita tidak menutup mata, jika HTI kini menjadi salah satu organisasi masyarakat Islam dengan simpatisan yang cukup besar. Pesona HTI makin bersinar, usai Catatan '212'. Apakah kita tidak menyadari itu?

Jika Anda tidak menyadari, maka pihak Pemerintah justru sangat menyadari hal itu. Jika tidak, maka tidak akan perlu repot-repot menerbitkan Perppu No. 2 Tahun 2017 Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas). Dadakan lagi, tanpa hujan, tanpa badai... ujug-ujug dilahirkan.

Jelas ini menyalahi konstitusi. Sebab Perppu dikeluarkan tanpa  memenuhi urgensi darurat, dan kekosongan hukum setingkat Undang Undang tidak terpenuhi.

Tidak ada bukti bahwa ada Ormas yang membahayakan NKRI, melakukan gerakan atau kegiatan masif yang bakal bikin porak-poranda negara. Atau mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan tidak cukup alasan mendadak untuk perlu dikeluarkan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Belum paham?

Mari kita simak pemahaman tentang sebuah Perppu atau
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Indonesia).

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (atau disingkat Perpu atau Perppu) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa. Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah sama dengan materi muatan Undang-Undang.

Perpu ditandatangani oleh Presiden. Setelah diundangkan, Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut, dalam bentuk pengajuan RUU tentang Penetapan Perpu Menjadi Undang-Undang. Pembahasan RUU tentang penetapan Perpu menjadi Undang-Undang dilaksanakan melalui mekanisme yang sama dengan pembahasan RUU. DPR hanya dapat menerima atau menolak
Perpu.

Jika Perpu ditolak DPR, maka Perpu tersebut tidak berlaku, dan Presiden mengajukan RUU tentang Pencabutan Perpu tersebut, yang dapat pula mengatur segala akibat dari penolakan tersebut. *

Silahkan Anda simpulkan sendiri, betapa tidak mudahnya membuat sebuah Perppu!

Lalu Perppu ini sebenarnya akan 'membidik' siapa, mungkin sudah terjawab hari ini.

Ketakutan tentang HTI itu mungkin sudah sejak 'zaman batu'. Orang yang tak paham apa itu HTI, sudah parno dari awal. Sudah takut sebelum kenal, sudah ngeri sebelum memahami.

Akupun dulu sebodoh itu. Hasutan orang soal HTI itu gencar sekali. Tetapi setelah aku mengenal mereka, aku jadi malu sendiri. Mereka lebih 'islam' dari aku. Lebih syar'i, lebih memahami Illahi Robbi...

Lalu apa yang ditakutkan? Sekelompok orang berpikiran picik, mengaitkan HTI dengan Pancasila. Mereka pikir HTI akan mengganti Pancasila dengan Syariat Islam.

Well, jika pernah sekolah dan paham sejarah. Itu Pancasila sebenarnya digali dari mana?
Bapak kita Soekarno dulu merangkum itu dari mana sumbernya? Beliau muslim, lho. Dan paham hukum Islam.

Apa masuk diakal, jika HTI ingin menghancurkan Pancasila? Lha yang diperjuangkan HTI juga termasuk yang 5 Sila tersebut! Agar benar terlaksana, agar tidak cuma sekedar lambang, karena pemerintah wajib amanah.

Nah, yang diperjuangkan itu!
Apa itu salah?
Jika 5 Sila dalam Pancasila itu benar-benar ditegakkan sesuai dengan sumbernya syariat Islam, penyelenggara pemerintahan amanah... Insya Allah republik ini 'aman surahman'. Barokah!

Dan apa yang paling ditakuti dari keberadaan HTI?
HTI bukan ormas biasa. Jangan samakan HTI dengan ormas bawa golok, suka banyak bacot teriak-teriak, sok paling benar dan yakin punya kavling di akhirat. Bukan yang itu!

HTI terlalu cerdas untuk disamakan dengan yang kacangan seperti itu. Bahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, HTI dalam kegiatannya bergerak secara cerdas dan tidak menimbulkan kerusuhan selama ini. Sehingga tidak ada alasan tepat untuk membubarkan sebelumnya.

("Bukan cak itu, Kak Tito? Soalnyo yang kubaco cak itu, Kak...") *Bahasa Kerajaan.

Dan Kapolri benar, HTI memang 'smart'. Aku mengenal HTI dari kegiatan kaum wanita mereka. Di situ aku bertemu tokoh wanita hebat dan luar biasa. Dari Doktor hingga Profesor ada. Mereka berpakaian sederhana, bertingkah laku apa adanya. Tapi otaknya luar biasa. Pemikiran cerdas dengan didasari keimanan dan nilai suci Alquran.

Inikah kecerdasan yang menakutkan itu?
Mengapa parno dengan hal-hal yang membawa kebaikan.
Mengapa dongeng monster dihidupkan, dengan kisah horor karangan... tentang ketakutan akan pendirian negara Islam?
Yang mau mendirikan itu siapa?

Mendirikan negara itu tidak mudah, lho. Setidaknya kelompok yang dicurigai akan (misalnya!) ingin mengkudeta, minimal harus ada pemimpin tandingannya.

Nah, HTI siapa pemimpinnya? Ada yang kenal nggak? Aku aja nggak tahu! Kenapa? Sebab semua sama di mata Allah. Karena sesungguhnya, tujuan HTI bukan kekuasaan. Jika mereka mengincar kursi, pasti udah kesohor siapa orang HTI yang mereka 'gadang-gadang'.

Tak ada pentolan di HTI. Bandingkan dengan ormas lainnya! Semua di HTI adalah rakyat yang bersatu, berkumpul, berdakwah dan memperjuangkan nasib umat. Jika ada yang memimpin, sifatnya dakwah. Mereka bahkan tak ingin mempopulerkan diri secara pribadi.

Dan jika mau ditumbangkan duluan, kenapa HTI?
Kenapa kelompok-kelompok Islam palsu malah dipelihara, dan dibiarkan seenaknya membuat keonaran... sehingga membuat orang takut untuk memahami kebenaran Islam?

Ini seperti seorang plagiat yang diundang masuk istana, anak berprestasi malah tak dikenal siapa-siapa. Boro-boro dapat beasiswa, nebus ijazah aja susah.

Atau ini jadi seperti pelaku kriminal besar yang diajak makan siang, atau ngopi-ngopi. Sementara maling nasi bungkus untuk makan, bodo amatlah... kagak penting ini?!

Dulu, saat isu HTI akan dibubarkan beberapa waktu lalu...aku menanggapinya dingin. Menurutku, bahaya sekali pemerintah sampai melakukan itu. Bisa jadi bumerang, mengingat simpatisan HTI yang jutaan.

Tapi saat melihat Gunung Salak pagi ini, aku tak 'melihat' jutaan saudara muslim lagi. Semua berpencar seperti kabut yang dihembus angin.

Tidak putih, tapi abu-abu... bahkan dimana posisi kalian sebenarnya sekarang, aku tidak tahu!

Jika sebuah ormas besar yang giat berdakwah begitu mudah dihapuskan, apakah kita tak perlu takut tentang larangan berkegiatan untuk hal lainnya?

Misalnya media. Tentu saja media-media yang dapat digunakan untuk tak sejalan dengan pemerintah misalnya. Seperti Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, dan sebagainya?

Semoga tidak ya... Pak Presiden, bagaimanapun aku sangat mencintai republik ini.
Tetaplah usahakan damai. Jauhi hal-hal yang terlihat sepele, tapi dapat menghancurkan.
Maaf, ini cuma nasehat Wong Kota yang tinggal di tempat 'Ndeso.

Sebab emosi pengguna sosial media itu... jauh lebih menakutkan lho Pak, dari Perang Dunia.

Kaum Ibu pasti lebih milih kehilangan Presiden, daripada kehilangan akun gosip. Itu contoh kecilnya, Pak...😅.

Apapun itu, berharap yang terbaik ke depannya. Untuk HTI, untuk Indonesia, untuk kita semua.

Ingatlah satu hal: Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Berkuasa.

Kita hanya manusia biasa, apalagi aku yang cuma tinggal di desa. Aku menulis, untuk menasehati diri sendiri. Tak ada urusan dengan politik!
Mohon berpikir cerdas dan bijak saat memberi tanggapan. Terima kasih.

Renungan Kesiangan: Widya Burlian Al-Kalabi (Penulis, Dosen Jurnalistik dan Pendiri Sanggar Widya Yatim Dhuafa)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Indonesia

Remaja itu, Bukan Kera Sakti

Menu Makan Siangku, Bukan Terserah