Jejak Khilafah


Oleh: Hafidz Abdurrahman.

Selasa, 7 April 2015, kira-kira pukul 17.00 waktu Istambul, bersama rombongan saya shalat Dhuhur dan Ashar berjamaah di Masjid Sulaimaniyyah. Masjid ini dibangun oleh Sulthan Sulaiman al-Qanuni, dengan arsitek Muslim no-1 di dunia Islam saat itu. Arsitek Sinan namanya.

Masjid ini luar biasa. Kubah besar yang melengkung di tengah, disanggah beberapa kubah di ujung-ujungnya, secara eksak, konstruksi ini telah dihitung dengan begitu cermat. Sehingga tidak jatuh ke bawah. Meski, kita semua tahu, bahwa Turki adalah negeri rentan gempa.

Dan terbukti, masjid-masjid, bangunan dan jembatan yang didesain oleh Arsitek Sinan, hingga saat ini masih berdiri kokoh. Jika dibanding dengan Aya Shopia yang dibangun oleh Arsitek Romawi, jelas konstruksi Sinan jauh lebih hebat. Karena, beberapa kali kubah Aya Sophia telah diperbaiki, akibat roboh oleh gempa. Begitu juga bagian-bagian bagunannya banyak yang ambles dan retak, karena gempa. Berbeda dengan Masjid Sulaimaniyyah yang tetap utuh.

Ketika pemerintah Turki mencemaskan konstruksi Masjid karya Arsitek Sinan ini, khawatir retak atau roboh oleh gempa, mereka pun mengundang pakar konstruksi dari Jepang. Ketika hendak dibuat ring, pada bagian sisi-sisi masjid, ternyata setelah digali, Masjid Sulaimaniyyah ini sudah dipasang ring oleh Arsitek Sinan. Maka, pakar konstruksi Jepang itu mengatakan, "Kalau nenek moyang kalian saja sudah menggunakan  konstruksi yang begitu canggih, kenapa Anda tidak belajar pada mereka?" Akhirnya, ring pun tidak jadi dipasang hingga sekarang.

Di masjid ini juga ada telur Burung Unta, yang dipasang dengan apik di antara lampu-lampu di masjid megah ini, ternyata baru diketahui kemudian setelah ada riset. Telur-telur itu bisa mengeluarkan bunyi dan gelombang yang bisa mengusir hewan yang tidak diinginkan, seperti burung, kelelawar, serangga atau yang lain.

Zaman itu belum ada listrik. Penerangan di masjid ini pun menggunakan lampu, yang asapnya bisa mengotori dinding masjid. Maka dibuatkan saluran penampungan asap, dikumpulkan menjadi satu dibuang ke cerobong. Lalu, diolah menjadi tinta. Subhanallah. Luar biasa.

Itu adalah karya Arsitek Sinan. Karya ini menggambarkan, betapa tingginya taraf berpikir umat Islam saat itu. Inilah rahasia kebangkitan dan kemajuan saat itu. Wajar, jika era itu disebut Abad Keemasan.

Ini bukti yang tak terbantahkan, bahwa umat Islam bisa meraih kejayaan, jika mereka berpikiran maju dengan Islam. Bukan, dengan meninggalkan Islam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Indonesia

Remaja itu, Bukan Kera Sakti

Menu Makan Siangku, Bukan Terserah